Bismillah
Saya
ingin menulis seputar anak-anak nih, karena memang saya suka anak-anak. :D
Tulisan
ini hanya sebuah catatan dan nasihat pribadi agar saya tidak lupa pada ibrah selama saya bersama keponakan saya ini, karena pada dasarnya saya pun belum
pernah merasakan memiliki seorang anak. Hehe.. tulisan ini pun tidak
dikhususkan hanya untuk para ayah ibu saja, tapi om, tante, nenek, kakek, uwa,
abang, kakak, teteh pun boleh. :D
Here
we go…
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”—At Tahrim: 6
Sama dengan yang pernah saya tulis sebelumnya bahwa anak merupakan investasi terbesar,
karena anak merupakan investasi dunia akhirat. Karena itu mendidiknya merupakan
sebuah kewajiban untuk orang tua agar mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat
serta terhindar dari siksa api neraka.
Seperti kalimat prolog diatas, tulisan ini terinspirasi dari keponakan saya,
dia yang masih berumur 3 tahun kurang ini mampu menyerap apapun dari lingkungan
sekitar tanpa adanya saringan untuk menyaring informasi yang datang. Semua perkataan dan tingkah laku mampu dia
tiru. Bahaya ‘kan kalau yang di tiru malah hal yang buruk? Dengan kemampuan
menirunya yang baik bukankah akan lebih baik jika dimaksimalkan dengan
memberinya hal-hal baik? Kita akan berbicara seputar anak-anak dan lingkungan
keluarga. Tidak lebih. Karena khawatir jika tidak dibatasi pembicaraan mengenai
pemaksimalan kemampuan anak dari dini maka tulisan ini berujung ke
lembaga-lembaga pendidikan seperti PAUD atau playgroup *hehe.
Ya,
mendidik anak tidak semudah ketika kita melihat kagum orang tua yang memiliki
anak sholeh, cerdas dan kreatif. Tentu tidak semudah melihatnya. Karena mendidik
anak erat kaitannya dengan mendidik diri sendiri. Ketika kita mendidik berarti
kita harus mempunyai ilmu untuk diberikan; mempunyai kesabaran, kegigihan,
dan kekonsistenan ketika memberikan; dan mempunyai keoptimisan untuk
hasil dari apa yang diberikan. Dan jangan lupa tujuan pun menentukan. Tujuan
sangatlah penting karena dapat membentuk akan seperti apa dia yang sedang kita
didik ini.
Contohnya
orang tua ingin menjadikan anaknya yang terdepan di dunia dan akhirat, maka
sesuaikan kurikulum yang akan diberikan dengan tujuan itu dan metodenya sesuaikan dengan si anak. :D
Hal
yang terpenting lagi ketika mendidik anak adalah memberikan contoh kongkrit. Keponakan saya lebih sering mengajak
saya bersih-bersih (buang tisu kotor, lap kaca, pel lantai) setelah saya ajak
dia bersih-bersih, dibanding ketika saya menyuruhnya untuk membuang sampah di
tempat sampah.
Nah, teladan yang baik dari orangtua
ataupun lingkungan akan membentuk kebiasaan pada dirinya yang dapat membentuk
akhlak dan kepribadian yang baik juga. Anak akan lebih menyerap sesuatu yang
kongkrit dibanding ketika dia diberikan nasihat dengan menggunakan kata-kata. Tapi
mungkin akan lebih baik lagi jika menasihati dengan memberikan contoh. hehe
Ada
seorang ibu yang sukses (definisi saya: memiliki anak sholeh, cerdas, dan
kreatif) berbagi resep nih, silakan disimak..
- Orang
tua harus menjadi teladan yang baik dengan ilmu. Baik ilmu tentang agama Islam, ilmu tentang
perkembangan anak, maupun ilmu-ilmu lainnya. (psikologi masuk kok, hehe)
- Berkomunikasi
dengan hangat, tidak dengan kata-kata kasar. Berusaha menjadi sahabat yang baik
untuknya.
- Peka
terhadap perkembangan dunia luar dan tidak gaptek. (maksudnya agar orang tua mengetahui
perkembangan yang terjadi diluar dan bisa memahami dan menjelaskan dampak
positif maupun negatifnya. Pertahanan yang
lebih kuat adalah pemahaman dan wawasan anak tentang akibat baik dan buruknya
yang akan dihadapi jika dia melakukan suatu tindakan tertentu, bukan overprotective atau memberikan anak jarak dari lingkungan luar)
- Anak
adalah amanah yang diberikan Allah SWT, karena itu orang tua harus memohon
pertolongan Allah untuk membimbing dan mendidiknya.
- (ini
yang terpenting) menanamkan iman dan rasa takut kepada Allah sejak kecil.
“Dan
hendaklah takut pada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah SWT dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar”—An Nisa : 9
Nah, sekian tulisan kali ini. Selamat menjadi orang tua yang
baik (ngomong ke diri sendiri juga). baik di dunia hingga mampu
menjangkau akhirat dan SurgaNya.. aamiin
Jika teman saya menulis dalam
blognya, tulisan adalah doa yang menyimpan harapan penulisnya, maka saya setuju.
Doanya sederhana.
Semoga
bermanfaat.
:D
terinspirasi tidak hanya dari keponakan, tapi juga ibu sukses yang berbagi resep :D