Kamis, 29 Maret 2012

Investasi Terbesarku!!


Sudah lama yaa aku tidak menulis di blog. Berhubung aku yang sedang belajar menulis ini bingung sendiri memilih topiknya huehehe. Tapi, ada satu topik yang ingin sekali aku ceritakan. Topik yang sudah satu minggu lebih ini kepikiran. Haha.. ini berhubungan dengan mata kuliah sosiologi yang membuatku nyengir-nyengir kuda sendiri ketika diberikan sebuah pertanyaan. Sangat membuka pikiranku tentang peranku sebagai perempuan yang akan terus tumbuh dan mekar sebagai seorang wanita J

Usut punya usut nyambunglah pembicaraan kita pada konteks ‘mengasuh anak’. Dosenku dengan gamblang bertanya,”Disini, siapa yang anaknya akan diasuh dengan babysitter?” Weeeew.. ternyata ada yang mengangkat tangannya walau sedikit, mungkin bisa dihitung dengan jari dari satu tangan. Setelah itu Dosenku melanjutkan pertanyaannya, “Siapa yang anaknya diasuh tidak dengan babysitter?” saat itu aku secara sadar dan spontan mengangkat tanganku. Ternyata banyak yang mengangkat tangannya—walaupun nampaknya ada yang golput.

Sebenarnya dari awal muncul pertanyaan itu, aku pribadi menolak adanya babysitter karena alasan tunggalku adalah ingin fokus menjadi seorang ibu yang mengasuh dan membimbing anakku. Sisi wanitaku berkata ‘anakku adalah segalanya’ dia/mereka adalah investasiku dunia akhirat.

Jujur aku takut dengan adanya babysitter memungkinkan ikatan aku dengan anakku berkurang. Apalagi kemungkinan lainnya adalah ada hal-hal yang secara langsung maupun tidak, tertanam pada diri anakku yang tak sesuai dengan pandanganku, contohnya sebuah pendidikan.

Menurutku penerapan pendidikan agama, moral, dan sebagainya adalah yang terpenting untuk tumbuh kembangnya, oleh karena itu aku ingin akulah yang menerapkan dan membangun fondasi untuknya. Terlebih usia 0-5 tahun adalah masa yang sangat brillian untuknya. Mmmm agak lebay kali ya karena mikirnya udah jauh banget, tapi sejujurnya itulah yang kuinginkan hehe.. mau gimana lagi dong...

Okay, kita lanjutkan cerita dikelas. Tak puas dengan pertunjukkan mengangkat tangan #heaa, Dosenku pun melanjutkan pertanyaannya dengan menanyakan alasan teman saya yang berencana menggunakan babysitter. Salah seorang berkata bahwa dia ingin menjadi wanita karier yang terus berkarya dan salah seorang lagi berkata karena saat dia kecil sudah bersama babysitter, dia merasa perlu untuk menggunakannya kelak. Semua alasan itu membuatku berpikir, menerawang menjadi seorang ibu rumah tangga yang mempunyai anak. Jujur, aku pun ingin terus berkarya. Berguna bagi orang lain dan tidak stagnant, tapi sungguh aku ingin membesarkan anakku dengan tanganku sendiri.

Kedua hal itu menjadi bercampur aduk dan tak ingin mengalah satu sama lain. Heeeeyyy… jangan berantem!!! Hahaha itu mungkin yang aku katakan jika kedua alasan itu berwujud sesuatu. Setelah kupikirkan, akhirnya aku menemukan jalan keluar agar kedua hal ini terwujud. Ya, bukan pilihan yang kubutuhkan dalam menyelesaikan masalah ini, namun sebuah cara untuk membuat kedua hal itu tetap eksis dalam diriku.

Cara itu mungkin sederhana walau pada prosesnya mungkin tidaklah mudah dan sebenarnya cara ini sudah kupikirkan jauh sebelum aku mengaitkannya dengan urusan ‘mengasuh anak’. Ya, aku ingin mendirikan sebuah PAUD ataupun Baby Day Care. Harapan terbesarku dengan aku mendirikan tempat-tempat seperti itu, aku mampu berperan sebagai ibu yang dapat selalu menemani anakku bermain sambil belajar dan mengisi masa-masa emasnya dengan kebahagiaan bersama diriku, sekaligus aku tetap bermanfaat bagi orang lain.

seperti inilah bayanganku hehe
Tak luput nih, tentunya aku butuh para penyumbang ide dan tenaga untuk membantuku dalam mewujudkannya. Jadi, untuk teman-teman yang sevisi denganku bolehlaaah kita bekerja sama J haha..

Satu hal yang bisa kusimpulkan dari postinganku ini ‘Berkarier dan berkarya pun bukan berarti memakai babysitter kan dalam mengurus anakJ

Anakku = Investasi Terbesarku 

terinspirasi dari Ali bin Abi Thalib ra "Ajarilah mereka Adab dan ajarilah mereka Ilmu"

Senin, 05 Maret 2012

Untuk Bunga-Bunga yang Berjuang Mekar


Untuk teman-teman perempuanku yang sedang bimbang oleh hati yang terinfeksi virus merah jambu, aku akan memberimu gambaran tentang kita, kaum wanita..

Andai kuibaratkan pria yang membuat hatimu meleleh itu adalah kupu-kupu, maka kuibaratkan kita adalah bunga yang belum mekar dan akan segera mekar.



Kupu-kupu selalu tertarik pada bunga yang mekar dengan indah. Bunga yang mekar sempurna. Dia akan terbang dengan gemulainya kesetiap arah untuk mencari bunga yang paling menarik baginya. Mendekat kesana-mendekat kesini mencari si ‘bunga’ hatinya. Dia akan berjuang mencari bunga terindah karena dia pun mengalami proses metamorfosis yang lama agar menjadi indah seperti sekarang.


 Kita, bunga yang belum mekar ini, sering mendengar kabar angin tentang si ‘kupu-kupu’ itu. Ingin sekali rasanya di datangi oleh kupu-kupu indah sesuai dengan harapan. Membayangkannya saja membuat bunga ini punya dunia sendiri. Dia kadang bimbang, tak sabar dan ingin rasanya mengajak kupu-kupu yang berlalu lalang di sekitarnya itu mendekat, tapi bunga tahu dia tak bisa karena dia belum mekar sempurna. Hal itulah yang membuat bunga merasa lebih bimbang.



Dalam hatinya, bunga ingin sekali untuk bertemu dengan kupu-kupu.. tapi satu hal yang bunga sadari, daripada bunga itu menghabiskan waktunya dengan memikirkan kupu-kupu dia lebih baik memikirkan bagaimana caranya untuk mekar dengan sempurna dan indah.


Untuk itulah teman wanitaku, apabila kita menginginkan seseorang yang baik maka kita harus menjadi pribadi yang baik terlebih dahulu. Bunga tak pernah berharap ulat yang datang padanya, karena ulat akan merusak kelopaknya. Bunga harus mekar dengan indah terlebih dahulu agar bertemu dengan si kupu-kupu yang bermetamorfosis dengan indah juga.. J semua butuh waktu dan proses agar menjadi indah teman. J



Minggu, 04 Maret 2012

Dank U Mr. Wijnand Raaijmakers, Ph.D.

Waaah enggak terasa waktu bersama dr. Wijnand Raaijmakers selesaai. Beliau seorang dosen jauh dari Maastricht University, Belanda.. ada senang ada sedih.. senang karena sudah selesai (mabuk slide) dan sedih karena beliau sangat baik dan lucu ketika mengajar, ditambah dengan logat bahasa inggrisnya yang pasti berkesan banget buat temen-temen yang lain juga :) selama tiga minggu (tepatnya 15 hari) otak ini dimasuki dua buku tebal-tebal yang total tebalnya lebih dari 800 halaman (dan harus habis), belum lagi selama tiga minggu itu diadakan UTS dan UAS kilat.



Belajar Biopsychology itu rasanya seperti memperkenalkan tubuh kita dengan apa yang kita rasakan. Mengenal lebih jauh tentang akson-akson dan basal ganglia lebih dalam, tidak cuma fungsi, tapi beragam hal-hal lain. Ya, sambil membayangkan letak-letak mereka di dalam tubuhmu. Subhanallah yah sangat complicated dan detail Allah memberikannya untuk kita.. bersyukurlah :)

Saat bedah otak adalah hal yang paling seru. berhubung kelasnya yang jadi outdoor dan bau formalin yang 'waaw' amazing. Bedah otak hari pertama sih suasananya romantis. langit sendu-sendu gimanaaa gitu (karena mendung sih), eeh daun-daun juga jatuh, serasa diluar negeri deh.. haha..

otak berformaliiiin