Rabu, 05 Februari 2014

Sesekali saja

Aku harap suatu saat nanti, baik aku dan kamu biasa saja ya..
Tidak berlebihan
Tidak mengekspose
Biasa saja. Seperti dirimu yang sederhana itu
Aku pun akan berusaha menjadi sangat sederhana

Menyederhanakan kebahagian yang besar memang sulit
Jadi mungkin sesekali saja menunjukkan
Tapi tidak mau berlebihan

Hanya sesekali, sesekali saja..


*untuk yang tertulis di Lauh Mahfudz

Senin, 02 Desember 2013

Hanya Curahan

Dulu saat SD saya mau jadi dokter, arkeolog, guru, desainer, arsitek dan lain-lain, karena suka aja

Dulu saat SMP saya mau jadi dokter kulit dan kecantikan, karena pengen buat make up yang berlisensi halal, jadi ibu-ibu yang suka make make up bisa aman

Dulu saat SMA kelas 1 saya mau jadi dokter umum, karena pengen buka praktek gratis untuk kalangan nggak mampu, urusan biaya sehari-hari itu mah urusan suami, yang penting saya tetap buka praktek dirumah untuk masyarakat yang kurang mampu

Dulu saat SMA kelas 2 saya mau jadi dokter dan kepala rumah sakit, karena pengen punya rumah sakit yang pelayanannya cepat, juga sahabat untuk masyarakat yang kurang mampu agar memperbaiki kualitas hidupnya

Dulu saat SMA kelas 3 saya mau jadi dokter spesialis penyakit dalam dan punya rumah sakit, Karena pengen tahu obat untuk penyakit ibu saya dulu, dan tetap pengen punya rumah sakit yang pelayanannya cepat dan bersahabat


Sekarang, saya harus ahli di bidang Psikologi. Karena ternyata bangsa ini perlu diobati. Moralnya yang sakit, tapi treatmentnya sungguh miris sekali. 

Senin, 25 November 2013

Shall be..

Apa-apa yang terjadi di masa lalu memang sedikit banyaknya terbawa menjadi kebiasaan disaat ini. jadi ingat, Sejak dulu saya selalu diajarkan oleh ayah saya, ‘kalau kamu taruh barang disitu, apa dampaknya untuk orang lain?’ atau ‘lihat sekitarmu, ambil yang bahaya’, atau ‘ini akan lebih baik ditaruh disini, karena…’, ya, secara tidak langsung saya jadi belajar tentang keergonomisan. Jadinya, tanpa sadar sekarang saya tertarik pada psikologi ergonomi. Melihat bagaimana baiknya ini, apakah mempengaruhi mood orang jika seperti ini, dan banyak lagi. Menarik. Sehingga saya pun mengambilnya menjadi salah satu minat saya. hha

Nah, melihat ke minat. Ada satu minat saya yang begitu besar, sehingga terkadang itu tertutupi oleh minat-minat kecil yang terlihat mudah untuk dijalani lebih dulu. Tau minat itu apa? Kalau lihat di blog tentu saja terlihat. Parenting. Mmm entah itu minat karena saya menemukan kekurangan/kelebihan pada saat saya masih kecil, atau minat yang tumbuh karena mengetahui kekurangan pendidikan saat ini, atau memang itu sebenarnya fitrah dari seorang perempuan, atau karena campuran dari itu semua, entahlah, tak tahu yang mana, Tapi yang jelas, yang saya sadari adalah saya mempunyai perhatian khusus pada hal itu, Parenting. 

Awalnya saya berpikir minat saya ada pada anak-anak. Anak-anak menjadi perhatian saya karena saya yakin masa anak-anak adalah batu loncatan terbaik untuk membekalinya dimasa depan sehingga saya banyak fokus pada bagaimana menerapkan nilai-nilai pada anak-anak.  Benar sih itu yang saya pikirkan sampai sekarang, tapi untuk masalah minat hanya pada anak-anak ternyata tidak juga.

Saya kembali menerawang masa depan, cara termudah yaa, melihat lingkungan haha. Suatu saat nanti, ketika sudah punya anak, anak saya tidak akan tetap menjadi anak-anak. Dia akan tetap tumbuh dan berkembang. Peran saya sebagai yang diamanahi olehNya belum berakhir. Bekal dasar itu penting, tapi bimbingan setelahnya hingga dia mampu berpikir dan bertindak dewasa dengan baik itu pun penting. Bahkan hingga dia mampu mendewasakan lingkungannya. Sehingga saya menemukan hal-hal lain yang menjadi perhatian saya.

Seperti, setelah di berikan fondasi saat anak-anak lalu apa? Ah, setelah itu transisi dia menuju dewasa, saya yakin dalam transisinya ada suatu dilema yang orang bilang krisis identitas. Bagaimana baiknya orang tua pada saat-saat ini ? lalu setelahnya apa dan setelahnya apa ? haha pertanyaan-pertanyaan ini pun berlanjut hingga menemui kesimpulan : belajar lagi yang bener gih.

Semakin sadar bahwa saya belum punya ilmu yang cukup untuk ini itu. Aaah semoga Allah kuatkan dan mudahkan untuk belajar tentang kehidupan. Terlebih mempersiapkan generasi masa depan.

Semoga Allah ridhoi, generasi saya nanti adalah generasi yang baik lagi membaikkan, sholih juga mensholihkan, shalihah juga menshalihkan, dewasa juga mendewasakan, lembut juga melembutkan, visoner juga memvisionerkan, semoga generasi yang lahir adalah generasi yang dibanggakan RasulNya nanti, dan yang paling saya inginkan adalah semoga yang lahir adalah Generasi Pemimpin Orang-orang Bertakwa. Aamiin yaa Mujib.

Semoga Anda yang membacanya dan mengharapkannya juga diberikan generasi yang demikian. Aamiin 



Selasa, 15 Oktober 2013

Berkembang

Aaaah dulu aku merindu.. sekarang ingin rasanya menulis lagi tentangmu sahabatku… tapi kali ini temanya berkembang

Sudah lama ya kita berpisah ?
Ah, tidak selama tahun yang kuhabiskan bersamamu
Tapi, Rasanya itu lebih lama dibanding waktu yang kita habiskan

Hal yang paling kusuka adalah ketika kita berdiskusi..
Sekalinya berdiskusi, rasanya ada hal yang berharga yang bertambah pada diriku ini
Namun
Kesempatan berdiskusi dengan dirimu jarang sekali ya…

Diskusi terakhir kita tentang masa depan
Yang kita sadari adalah kita sama-sama beranjak dari benih pohon yang tumbuh dan sekarang mulai berkembang
Siap menghasilkan bunga dan buah
Dan pohon-pohon itupun bertanya;
Kapan ya ? kapan ya?
Haha pertanyaan lucu kita yang dibungkus dengan sedikit kedewasaan 
Akhirnya apa?
Akhirnya kita berbagi ilmu tentang kehidupan…
Hingga manisnya ukhuwah yang dibungkus dalam doa saudara..


Uhibbukum fillah… itulah kalimat indah yang tersela dalam diskusi singkat kita

untuk si Pohon Tangguh


Minggu, 01 September 2013

Teman Seperjuangan

Alhamdulillah.. dipertemukan dengan sahabat seperjuangan beberapa hari lalu walau hanya sekitar 20 menit. Udah lama banget kita nggak ketemu. Sekitar 6 bulan. Tapi entah kenapa berasa lamaaaa banget. Sampai-sampai doi bilang ‘udah lama banget yaaa kita nggak ketemu, udah berapa tahun yaa…’ [hahahaha padahal kalau diinget-inget kita ketemu di acara rohis SMA, 6 bulan lalu.]

Singkat cerita, kita satu sekolah dulu. Kita berdua dekeeetketket walaupun tidak pernah sekelas. Daaan  ‘Kita sama-sama pengen jadi dokter! FKUI!’.. alhamdulillah, sahabat saya ini langsung diterima FKUI tanpa tes tertulis dan tanpa biaya per semester, dan Alhamdulillah juga, Allah mempunyai cara lain untuk mengasah salah satu hambaNya yang lain dengan Psikologi Unpadnya :D

Malam setelah saya bertemu dengannya. Saya menemukan foto ini:


Tambahlah saya kangen dan pengen ketemu lagi.

Flashback dan flashback

Dulu belajar bareng dengan materi yang sama, sekarang menariknya bisa saling tukar ilmu dalam dua disiplin.
Dulu diskusiin suatu hal, sekarang menariknya diskusiin suatu hal dalam dua disiplin ilmu.
Dulu berpikir bahwa biologis dan psikologis adalah hal yang tidak berkaitan, sekarang menariknya kita paham bahwa kedua hal itu justru saling memengaruhi.

Kita sama-sama jadi dokter. Sama-sama bisa menangani hati kok. Bedanya yang satu menangani fisik, yang satu lagi menangani psikis. Hahaha #eh [semua ada tempatnya lah yaaaa. :b ]




Kalau beberapa teman seperjuangan digabungin. Beeeuh, jadi bayangin The Avengers. Masing-masing punya keahlian yang beda. Tapi justru perbedaan ada untuk melengkapi dan membentuk kekuatan yang dahsyat. Jadi nggak sabar bertemu anggota Avengers yang lain.  :D

Sabtu, 03 Agustus 2013

This is Special

Bismillah

Saya ingin menulis seputar anak-anak nih, karena memang saya suka anak-anak. :D

Tulisan ini hanya sebuah catatan dan nasihat pribadi agar saya tidak lupa pada ibrah selama saya bersama keponakan saya ini, karena pada dasarnya saya pun belum pernah merasakan memiliki seorang anak. Hehe.. tulisan ini pun tidak dikhususkan hanya untuk para ayah ibu saja, tapi om, tante, nenek, kakek, uwa, abang, kakak, teteh pun boleh. :D

Here we go…

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”—At Tahrim: 6
Sama dengan yang pernah saya tulis sebelumnya bahwa anak merupakan investasi terbesar, karena anak merupakan investasi dunia akhirat. Karena itu mendidiknya merupakan sebuah kewajiban untuk orang tua agar mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat serta terhindar dari siksa api neraka.

Seperti kalimat prolog diatas, tulisan ini terinspirasi dari keponakan saya, dia yang masih berumur 3 tahun kurang ini mampu menyerap apapun dari lingkungan sekitar tanpa adanya saringan untuk menyaring informasi yang datang.  Semua perkataan dan tingkah laku mampu dia tiru. Bahaya ‘kan kalau yang di tiru malah hal yang buruk? Dengan kemampuan menirunya yang baik bukankah akan lebih baik jika dimaksimalkan dengan memberinya hal-hal baik? Kita akan berbicara seputar anak-anak dan lingkungan keluarga. Tidak lebih. Karena khawatir jika tidak dibatasi pembicaraan mengenai pemaksimalan kemampuan anak dari dini maka tulisan ini berujung ke lembaga-lembaga pendidikan seperti PAUD atau playgroup *hehe.

Ya, mendidik anak tidak semudah ketika kita melihat kagum orang tua yang memiliki anak sholeh, cerdas dan kreatif. Tentu tidak semudah melihatnya. Karena mendidik anak erat kaitannya dengan mendidik diri sendiri. Ketika kita mendidik berarti kita harus mempunyai ilmu untuk diberikan; mempunyai kesabaran, kegigihan, dan kekonsistenan ketika memberikan; dan mempunyai keoptimisan untuk hasil dari apa yang diberikan. Dan jangan lupa tujuan pun menentukan. Tujuan sangatlah penting karena dapat membentuk akan seperti apa dia yang sedang kita didik ini.

Contohnya orang tua ingin menjadikan anaknya yang terdepan di dunia dan akhirat, maka sesuaikan kurikulum yang akan diberikan dengan tujuan itu dan metodenya sesuaikan dengan si anak. :D

Hal yang terpenting lagi ketika mendidik anak adalah memberikan contoh kongkrit. Keponakan saya lebih sering mengajak saya bersih-bersih (buang tisu kotor, lap kaca, pel lantai) setelah saya ajak dia bersih-bersih, dibanding ketika saya menyuruhnya untuk membuang sampah di tempat sampah.

Nah, teladan yang baik dari orangtua ataupun lingkungan akan membentuk kebiasaan pada dirinya yang dapat membentuk akhlak dan kepribadian yang baik juga. Anak akan lebih menyerap sesuatu yang kongkrit dibanding ketika dia diberikan nasihat dengan menggunakan kata-kata. Tapi mungkin akan lebih baik lagi jika menasihati dengan memberikan contoh. hehe

Ada seorang ibu yang sukses (definisi saya: memiliki anak sholeh, cerdas, dan kreatif) berbagi resep nih, silakan disimak..
  1. Orang tua harus menjadi teladan yang baik dengan ilmu. Baik ilmu tentang agama Islam, ilmu tentang perkembangan anak, maupun ilmu-ilmu lainnya. (psikologi masuk kok, hehe)
  2. Berkomunikasi dengan hangat, tidak dengan kata-kata kasar. Berusaha menjadi sahabat yang baik untuknya.
  3. Peka terhadap perkembangan dunia luar dan tidak gaptek. (maksudnya agar orang tua mengetahui perkembangan yang terjadi diluar dan bisa memahami dan menjelaskan dampak positif maupun negatifnya. Pertahanan yang lebih kuat adalah pemahaman dan wawasan anak tentang akibat baik dan buruknya yang akan dihadapi jika dia melakukan suatu tindakan tertentu, bukan overprotective atau memberikan anak jarak dari lingkungan luar)
  4. Anak adalah amanah yang diberikan Allah SWT, karena itu orang tua harus memohon pertolongan Allah untuk membimbing dan mendidiknya.
  5. (ini yang terpenting) menanamkan iman dan rasa takut kepada Allah sejak kecil.

“Dan hendaklah takut pada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”—An Nisa : 9
Nah, sekian tulisan kali ini. Selamat menjadi orang tua yang baik (ngomong ke diri sendiri juga). baik di dunia hingga mampu menjangkau akhirat dan SurgaNya.. aamiin



Jika teman saya menulis dalam blognya, tulisan adalah doa yang menyimpan harapan penulisnya, maka saya setuju. Doanya sederhana.

Semoga bermanfaat.
 :D

terinspirasi tidak hanya dari keponakan, tapi juga ibu sukses yang berbagi resep :D

Sabtu, 27 April 2013

Merindu


Rindu rasanya. Pada sahabat yang kini terpisah jaraknya. Kau tahu sahabat ? aku yakin kamu baik-baik saja. Ya. Terlihat dari tulisan-tulisanmu.

Kalau diingat-ingat, Kita dulu bagai benih.

Benih yang saling bertukar informasi,’Kalau ini nih..’
Benih yang saling menyemangati, ‘Ayo Fulan, kita harus…’
Benih yang juga berkompetisi, ‘Walaupun kita akan terpisah tapi kita harus ingat, diantara kita siapa yang duluan jadi….’
Benih yang juga saling mengingatkan,’Fulan, kita harus teguh dalam prinsip!’

Aku ingat sekali. Indah. Rindu. Dan banyak sekali perasaan yang tak terucap.

Sahabat, Benih yang dulu itu sekarang tumbuh. Tak kusadari kita tumbuh dalam kesunyian untuk saling berbagi.

Berusaha dan berlomba menjadi pohon tangguh yang mempunyai banyak buah manis.

Yaaa Berusaha dan berlomba menjadi insan yang penuh arti untuk berbagi. Tidak hanya kita. Tapi untuk semesta.

Kau disana menjadi pohon yang kau inginkan. Disini aku pun begitu. :D